Gosh.
Ini
blog lama gak diurusin, tiba-tiba jadi banyak sarang burung walet gini.
*bersih-bersih*
Bagi saya mungkin yang paling sulit itu memang
berkomitmen. Pinginnya sih rutin nulis. Tapi semangat ngeblog turun naik. Hal
yang menyenangkan itu kalo dijadiin kewajiban lama-lama jadi gak asyik.
Oke, kita kembali ke judul postingan ini.
Pulau Sawa adalah salah satu gugusan pulau di
Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru. Letaknya bersebelahan dengan Pulau
Samber Gelap yang legend itu. Konon,
dulu Pulau Samber Gelap dan Pulau Sawa itu menyatu.
Ada berapa bulan yang lalu ya, saya udah ke Pulau
Samber Gelap, keren sih emang. Di sana juga saya liat pelepasan bayi penyu
alias tukik, pengalaman seru… Next
deh cerita lengkapnya.
By the way saya ke Pulau Sawa tanggal 26-27 November dalam rangka ngeliput turnamen
mancing yang diadakan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Kotabaru.
Sebenernya
turnamen ini bertajuk Wisata Mancing Samber Gelap. Tapi, you know, sekarang Pulau Samber Gelap gak bebas lagi diakses
wisatawan (kalo kalian gak tau, nanti saya cerita).
Dari Siring Laut, saya yang nebeng sama panitia
berangkat naik speedboat. Lama
perjalanan sekitar 1,5 jam. Kalo pergi sendiri, kita harus nyarter speedboat atau kapal dengan tarif satu
sampai dua juta.
Iya, wisata ke Samber Gelap emang ngajak miskin.
Pulau Sawa yang supermungil ini berperan dalam navigasi
pelayaran. Bahkan, mercusuar yang berdiri di sini udah ada dari zaman Belanda,
dan sampe sekarang masih berfungsi walau bentuknya udah gak asli.
Dari penjaganya, saya baru tau bahwa sebenarnya pulau yang berada di bawah pengelolaan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan ini terlarang untuk dimasuki.
Tapi sejak Pulau Samber Gelap “ditutup”, kunjungan wisatawan pun beralih ke pulau ini. Atas kebijaksanaan kementerian, orang-orang dibolehkan naik, dengan catatan berlaku baik dan gak merusak.
Di sini juga ada empat buah bangunan rumah, yang bisa dipake wisatawan menginap. Cuma saya gak nanya sih apakah pakenya bayar atau gratis.
Ketemu Ikan
Todak!
Well,
saya sih gak hobi mancing ya (saya mah
sukanya dipancing.). Tapi turnamennya seru juga. Apalagi pas peserta
pada pulang bawa hasil masing-masing. Ada beberapa peserta yang berhasil dapet
ikan langka, salah satunya hiu tutul.
Tapi yang paling heboh itu waktu ada peserta yang
dapet Blue Marlin alias ikan todak! Orang-orang
langsung pada foto-foto. Ikan todak ini dijadikan lambang daerah Kabupaten Kotabaru.
Kain khas Kotabaru, Batik Saijaan, motifnya juga ikan todak. Sumpah loh, tadinya saya ngira ikan ini semacam naga
atau unicorn yang cuma ada di mitos.
What a nice trip 🤩
note : kalo mau ngetrip ke sini, jangan lupa bawa
logistik ya, di sana gak ada orang jualan soalnya
Sekarang penginapannya bayar, per malam kena 50rb/org, dan penjaga di Pulau Samber Gelap yang katanya "ditutupi" itu memperbolehkan kita keliling pulau kok mbak, cumaaaaa.. yang tadinya gretong eh sekarang 25rb/org/sekali keliling. bener-bener wisata yang high, hihi
BalasHapus