Pernah terpikir mengapa manusia cuma punya satu mulut tapi punya dua telinga? Barangkali, karena Tuhan ingin agar kita lebih banyak mendengar daripada bicara.
Tapi, kebanyakan dari kita kayaknya justru lebih suka ngomong daripada dengerin orang ngomong, ya kan? Terutama ngomongin diri sendiri alias narsis, hahaha... Menunjukkan kelebihan atau pengetahuan kita, yang sebenernya gak penting. Kalo kita percaya dengan kemampuan diri kita, kita gak perlu meyakinkan orang lain. Betul?
Saya seneng banget dengerin orang cerita. Sering dari kegiatan mendengar ini saya mendapat "pencerahan". Sering juga, setelah mendengarkan itu saya merasa seperti baru mendapat terapi penyembuhan jiwa. Kayak tagline Prudential, "always listening, always understanding", dengan banyak mendengarkan kita bisa memahami sesuatu dengan lebih baik.
Bulan puasa kemaren, waktu buka bareng beberapa temen yang udah jarang ketemu, saya mendapat banyak cerita yang menyentuh hati.
Seperti salah satu temen yang cerita soal ibunya yang meninggal pas Idul Adha tahun lalu. Si temen ini kerja disebuah perusahaan tambang di Kalimantan Tengah. Sedangkan ibunya tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur. Dua minggu sebelum ibunya yang sakit ginjal (kalo gak salah inget) dipanggil Tuhan, dia sempet cuti dan mudik. Pas mau balik ke Kalteng lagi, dia bilang perasaannya udah gak enak.
Begitu udah di Kalteng, tiba-tiba dia dapet kabar kalo ibunya sekarat. Buru-buru aja dia tancap gas pulang. Untuk sampe ke kota dari tambang tempat dia kerja, dia harus pake speedboat. Tapi di tengah jalan, speedboat-nya kehabisan bensin. Waktu dia ngapung-ngapung di air gak jelas gitu, pesawat yang mestinya dia naikin melintas di atas kepalanya. Di saat yang hampir bersamaan, sebuah SMS masuk. Isinya, ibunya udah gak ada.
"Mendadak gue ngerasa kayak... gimana ya? Hampa. Gak ada lagi yang ditunggu," katanya.
Sampe di kota, dia pun langsung nyarter mobil. Pas nyampe Kaltim, ibunya udah dalam perjalanan ke Tanah Grogot (salah satu daerah di Kaltim), untuk dikuburkan di tanah kelahirannya. Akhirnya, mereka berdua baru bisa "ketemu" di pemakaman.
Hhh. Mendengar ceritanya dari awal sampe akhir, yang terpikir di kepala saya adalah kadang-kadang hidup ternyata bisa lebih dramatis dari cerita sinetron ya...
Masih pada momen yang sama, seorang temen yang lain juga bercerita sesuatu yang membuat saya termenung. Beberapa orang keluarganya sekaligus sekarang sedang sakit. Pertama bapaknya kena stroke, trus salah satu kakaknya kena kanker, dan terakhir ibunya yang baru-baru ini masuk rumah sakit (saya lupa nih penyakitnya).
"Gue udah kayak ibu rumah tangga aja sekarang. Pagi-pagi sebelum pergi mesti masak, nyapu, sama nyuci dulu," kata teman saya yang laki-laki itu, tetep masih bisa ngelucu.
Meski hidup saya gak sempurna, meski masalah gak pernah berhenti datang kayak kereta api mondar-mandir, meski banyak rencana yang gak berjalan baik, meski banyak keinginan yang gak terpenuhi, meski banyak hal di luar harapan terjadi, tapi setelah mendengarkan cerita dari dua orang temen ini, saya jadi menyadari bahwa hidup saya ternyata gak buruk-buruk amat. Senggaknya, orang tua saya masih lengkap, dan keluarga saya semua sehat wal afiat. Hal-hal "kecil" yang sering terlupakan untuk disyukuri di tengah kesibukan mengejar dunia.
Kak Au & Kak Vip, thanks for inspiring me. Semoga selalu diberi kekuatan : )

Alhamdulillah banget ya. .trnyata kita masih bisa menikmati kebersamaan bareng keluarga :)
BalasHapuskadang kita melupakan yang ada, and merindukan yang udah pergi ^^
nice posting . .i like it :]
beruntungnya yg msh dikelilingi orang orang tercinta ... sungguh satu anugerah yg tak ternilai harganya
BalasHapus@Goestiie: alhamdulillah ya [udh aktifin RBT saya ya? ^^]
BalasHapus@Ely Meyer: biarpun kdg suka beda pendapat, sering cekcok, tp ttp di tengah keluarga itu tempat paling nyaman di dunia, ya ga Mba?