Untuk berubah, kadang kita memerlukan momen tertentu yang mampu memberi pencerahan dan dorongan yang kuat sehingga kita ingin berubah. Biasanya kejadiannya sangat luar biasa, baik yang langsung menimpa kita maupun melalui pengalaman orang lain.
Momen itu, dalam sebuah acara talkshow di radio yang gak sengaja saya denger pada hari terakhir Ramadan lalu diistilahkan “one minute awareness”.
One minute awareness sesungguhnya ada setiap saat, karena setiap kejadian dalam setiap menit hidup kita pasti selalu mengandung hikmah. Melalui kejadian-kejadian, Tuhan berbicara kepada kita, berkomunikasi, menyampaikan pesan, memberi pelajaran, menegur, dan mengingatkan.
One minute awareness sesungguhnya ada setiap saat, karena setiap kejadian dalam setiap menit hidup kita pasti selalu mengandung hikmah. Melalui kejadian-kejadian, Tuhan berbicara kepada kita, berkomunikasi, menyampaikan pesan, memberi pelajaran, menegur, dan mengingatkan.
Tapi seringkali kita gak cukup diingatkan dengan cara halus. Ibaratnya gak cukup “ditowel”, tapi harus “ditonjok” atau “ditabok” dulu, baru ngeh. Misalnya setelah sakit, baru nyadar kalo kesehatan itu penting. Setelah tua, baru nyadar kalo masa muda udah berlalu sia-sia. Setelah kehilangan, baru menyesal.
Pas mudik Lebaran kemaren, saya ketemu sama salah seorang keluarga jauh yang kondisinya sangat memprihatinkan. Yang sebelumnya segar bugar, sekarang gak berdaya karena tumor. Tumor itu menekan syaraf sehingga fungsi beberapa organ tubuhnya terganggu. Gak bisa ngeliat, pendengaran berkurang, dan sebagian memori hilang.
Rasanya kebangetan kalo saya gak mampu menginsyafi pertemuan ini sebagai teguran Tuhan. One minute awareness. Saya gak mau menunggu sampai Tuhan “menepuk
” dengan sangat keras.
” dengan sangat keras.
"Selamat Idul Fitri 1432 H. Ini ceritaku, apa ceritamu?"
Komentar
Posting Komentar