Life of Pi


Penulis  : Yann Martel
Penerbit : Gramedia
Tebal : 448 halaman
Harga : Rp 63.500

Akhirnya selesai juga baca buku ini. Setelah beberapa kali liat cuplikan filmnya di TV, dan orang-orang pada heboh banget ngomongin, trus saya search review bukunya di Google, saya pun sampe pada keputusan untuk menggondol buku ini dari salah satu rak di Gramedia. 

Pi Patel, 16 tahun, menjadi satu-satunya penumpang yang selamat dalam insiden kapal karam di Samudra Pasifik tahun 1977. Harusnya kapal barang asal Jepang itu membawa Pi dan keluarganya, pengusaha kebun binatang di India, ke Kanada demi mencari penghidupan yang lebih baik.

Selama tujuh bulan Pi terapung-apung dalam sebuah sekoci. Tapi dia gak bener-bener sendiri. Sejumlah binatang yang dibawa ayahnya dari India entah bagaimana ceritanya bisa keluar dari kandang saat kapal menjelang tenggelam dan ikut bergabung di satu-satunya sekoci yang berhasil diturunkan itu : seekor hyena, seekor zebra, seekor orangutan betina, dan seekor harimau Royal Bengal. 

Konon, Life of Pi adalah kisah nyata. Berawal dari kegelisahan Yann Martel, penulisnya, setelah buku keduanya gagal di pasaran, dia lalu menyepi ke India dan menulis bukunya yang ketiga. Pertemuan dengan seseorang di sebuah kedai kopi mengubah ide cerita novel yang semula bersetting Portugal tahun 1939. Lantas dia kembali ke Kanada dan menemui sosok Pi Patel. Dia juga menghubungi Kementerian Transportasi Jepang untuk mengkonfirmasi peristiwa itu.

Sama seperti dua petugas dari Departemen Maritim Kementerian Transportasi Jepang yang melakukan penyelidikan setelah mendapat kabar bahwa satu-satunya korban yang selamat dari kapal Jepang, Tsimtsum, yang tenggelam tanpa jejak di perairan Pasifik telah mendarat, saya juga agak sulit mempercayai bahwa kisah Pi ini bener-bener terjadi.

Bayangkan seseorang terombang-ambing di lautan tak bertepi selama 227 hari. Bersama binatang buas pula ―yang mana seleksi alam akhirnya hanya menyisakan harimau Bengal yang bernama Richard Parker. Dipanggang terik matahari, diterjang badai, sampai bertemu pulau karnivor. 

Pi bisa gak dimakan sama si harimau karena tau seluk beluk binatang. Di tengah penderitaannya, Pi tak pernah melupakan Tuhan. Dia tetap sembahyang lima kali sehari semalam. Pi sendiri diceritakan menganut tiga agama. Islam, Kristen, dan Hindu.

Beberapa bagian dari buku ini udah kayak ensiklopedi binatang. Kadang juga rasanya kayak lagi baca buku Biologi zaman sekolah. Bab-bab tertentu sukses bikin saya bergidik, terutama saat menceritakan Pi yang seorang vegetarian udah gak bisa pilih-pilih makanan. Ikan mentah, darah penyu, sampai kotoran binatang dilahapnya. Yaaaaiiiiiiiiiiiiiiiiiiiikkkkk!!!

Bagian favorit saya adalah waktu Pi terdampar di sebuah pulau yang terbentuk dari jalinan ganggang. Pulau itu 'hidup' dan bisa 'memakan'.

Ending ceritanya dramatis. Sekoci akhirnya mencium daratan pantai Meksiko. Richard Parker, si harimau Bengal, melompat dari sekoci dan kemudian menghilang ke hutan. Pi diselamatkan oleh penduduk. Mereka berpisah tanpa ada kata-kata perpisahan. 

Eniwei, terlepas dari apakah kisah Pi ini rill atau gak, buku ini keren : )

Komentar