Penerbit : Hikmah (Mizan)
Tebal : 523 Hal
Harga : Rp 91.000
Liat istri-istri si eyang berjejer di tv gitu benak saya langsung keinget buku ini. Escape. Koleksi lama sih. Sebuah memoar alias
cerita nyata penulisnya, Carolyn Jessop, yang terjebak dalam pernikahan
poligami di sebuah aliran sesat.
Carolyn lahir dan tumbuh di komunitas Fundamentalist Church of Jesus
Christ of Later-Day Saints (FLDS), sekte pecahan Gereja Mormon dan tidak
diakui keberadaannya karena mempraktikan poligami lebih dari 2 istri
yang mereka sebut ajaran pernikahan kayangan. Anggota komunitas ini
sekitar 10 ribuan, mereka tinggal di perbatasan Utah-Arizona dan
terisolasi dari dunia luar.
Para perempuannya didoktrin bahwa mereka
diberkahi dengan mau dipoligami. Satu-satunya tujuan mereka diciptakan
di bumi adalah melahirkan anak sebanyak-banyaknya. Tuhan akan
mengungkapkan nama pria yang diinginkan-Nya untuk para perempuan itu
nikahi dengan cara mengirim wahyu kepada pemimpin sekte atau nabi.
Lulus SMA, Carolyn ingin kuliah dan menjadi dokter. Tapi saat ayahnya
meminta pendapat sang nabi, Carolyn malah diperintahkan untuk menikah.
Bahkan, waktu pernikahan sudah ditentukan : dua hari kemudian. Carolyn
ingin kabur, tapi ayahnya bilang sekolah tidak penting lagi, yang
terpenting adalah melakukan perintah sang nabi.
Saat menikah dengan Merril Jessop, Carolyn berusia 18 tahun. Merril
berumur 50 tahun. Carolyn jadi istri ke-4. Merril sendiri punya total 8
istri! Dari 8 istri itu, dia punya 54 anak!!!
Selama 15 tahun pernikahannya dengan Merril, Carolyn melahirkan 8 anak.
Sebenarnya, Merril ingin menikahi adik Carolyn, Annette, yang lebih
cantik. Merril punya masalah bisnis dengan ayah Carolyn. Dia berpikir kalau dia
menikahi salah satu anak, ayah Carolyn akan membatalkan tuntutan
hukumnya kepada Merril dan Merril tidak jadi kehilangan jutaan dollar.
Merril melihat Annette yang cantik, lalu menyampaikan niatnya kepada
sang nabi. Tapi dia salah menyebut nama Annette jadi Carolyn. Sang nabi
lalu memberitahu ayah Carolyn bahwa dia mendapat wahyu. Merril baru
menyadari kesalahannya, tapi wahyu sudah tak bisa diubah.
Merril, istri-istri, dan anak-anaknya memperlakukan Carolyn dengan
buruk. Tapi sama seperti semua perempuan di komunitas yang sudah dicuci
otak, Carolyn menganggap perlakuan Merril sebagai ujian Tuhan.
Ide melarikan diri muncul sejak Carolyn merasa sekte FLDS makin ekstrem
dan menakutkan setelah Warren Jeffs menjadi nabinya. Selain
mendaklarasikan diri sebagai Yesus Kristus, Warren juga berniat
memindahkan para pengikutnya ke sebuah tempat yang tidak memungkan bagi
mereka untuk keluar.
Warren melarang anak-anak anggota komunitas masuk ke sekolah negeri dan
memerintahkan mereka masuk sekolah yang dikelola gereja. Di situ
anak-anak dicuci otak dan dibuat bodoh. Buku-buku dibakar.
Yang membuat Carolyn sangat marah, suatu hari anak keduanya yang berumur
12 tahun, Betty, diundang menginap di rumah sang nabi bersama beberapa
anak gadis lain.
Bulan April 2003, saat suaminya pergi untuk urusan bisnis, Carolyn
merasa saatnya telah tiba untuk menjalankan rencana pelarian. Saat
subuh, Carolyn memasukan semua anaknya ke mobil van-nya, dan kabur
dengan hanya mengantongi uang 20 dollar. Segera setelah itu Merril
memburunya. Tapi dia mendapat bantuan dari mantan-mantan anggota FLDS
yang sudah lebih dulu kabur. Carolyn juga menuntut Merril dan Warren ke
pengadilan, dan akhirnya berhasil memenangkan perwalian anak-anak mereka
sepenuhnya.
Dalam pelariannya, Carolyn bisa melihat anak-anaknya bermain dengan
gembira. Dunia seperti tampak baru dan berwarna-warni setelah belasan
tahun hidup dalam rasa teror dan takut. Carolyn
pergi ke salon untuk menata rambutnya yang biasanya hanya disasak atau
dikepang, tak boleh diurai.
Tapi momen-momen paling menakjubkan adalah saat Carolyn membuatkan pesta
ulangatahun untuk salah satu anaknya, Merrille, untuk pertama kali.
Kemudian, untuk pertama kali juga, mereka merayakan Natal, yang
sebelumnya dilarang di FLDS. Dan pada akhirnya... Carolyn menemukan
cinta.
Agustus 2006, Warren Jeffs ditahan atas tuduhan pemerkosaan, mencabuli
anak di bawah umur, dan lainnya. Dia ditangkap saat mengendarai mobil
merahnya -warna yang dilarangnya dalam komunitas FLDS.
Well, sejak lahir tak pernah mengenal dunia luar, membuat Carolyn punya pandangan sendiri tentang dunia di balik tembok komunitas FLDS. Bagi kita, kadang hidup di dunia ini ga adil. Tapi buat Carolyn, dunia kitaini adalah "...dunia tempat harapan diakui dan kadang-kadang impian menjadi kenyataan" [hal 474].
"Aku telah membahayakan hidup kami semua demi kebebasan. Hadiahku pagi
itu adalah pengetahuan bahwa itu bukanlah suatu kesalahan." -Carolyn Jessop-
Komentar
Posting Komentar