Seumur-umur saya yang seperempat abad ini, malu juga mengakui bahwa saya hampir-hampir gak pernah keluar dari kampung halaman tempat saya lahir, besar, dan hingga sekarang mencari-cari arti hidup. Kalo travelling atau tugas ke luar daerah, itu gak termasuk. Yang dimaksud, hidup di daerah orang a.k.a merantau.
Ibarat air, mungkin saya ini udah butek.
Tadinya saya pikir, setelah jadi wartawan saya bakal ditempatkan dimana-mana. Setelah hampir empat tahun [waaaaw... empaaat...], saya masih di sini-sini aja. Pernah sekali ada temen di daerah yang ditarik ke kantor pusat, saya tanpa tedeng aling-aling mengajukan diri buat gantiin posisi dia di daerah yang ditinggalkan itu. Tapi gak disetujui.
Sementara saya setengah mati minta 'dibuang' ke pelosok yang jauh dari keriuhan dan gemerlap kota, saya sering gak ngerti sama orang-orang yang berebut minta ditempatkan di tengah kota. Seorang temen yang kerja di instansi yang ngurusi para PNS aka Badan Kepegawaian Daerah cerita, bahkan mereka yang tugasnya cuma 20-30 km di luar ibukota provinsi ini ada juga yang ikut mengajukan mutasi.
"Padahal, PNS mestinya siap ditempatkan dimana saja. Karena salah satu fungsi PNS itu adalah memperkuat NKRI," kata si temen yang orang Jawa.
Bahkan, yang ngeri-ngeri sedap nih, ada yang sampe rela bayar loh demi supaya dipindah dari negeri antah berantah ke ibukota. Berapa waktu lalu saya nemenin Kak Indra, sahabat saya zaman di radio, ke kantor walikota untuk nyari bahan buat tesisnya (by the way, lo masih utang traktiran ya!). Trus pas mau pulang dia ketemu sama temennya, yang samar-samar saya inget saya pernah sekali ketemu cowo itu sebelumnya, staf di salah satu dinas gitulah. Entah dianya inget saya atau gak.
Pas udah jauh, Kak Indra bilang temennya yang anak 'orang kuat' itu sebelumnya PNS di kabupaten. Kasarnya, dia menyuap supaya bisa mutasi. Bukan sejuta dua juta, tapi Rp 30 juta! Meeeeeeeen... Ajegile. Mending kasih ke saya buat modal usaha Paaaaaaaaaaak...
Anyway, sahabat saya yang satu ini juga sempat tiga tahun ketempatan kerja di kabupaten yang berjarak 190 km atau sekitar 4-5 jam perjalanan darat. Bulan lalu dia berhenti dan balik ke sini. Kehilangan pekerjaan dengan gaji lumayan dan bersenang hati dapet kerjaan baru yang gajinya di bawah.
Dodol gak sih? Tapi dianya sendiri berasa kayak manusia paling bahagia di jagat raya deh karena bisa kembali jadi orang kota. Dia sering banget mengeluh hidup di daerah sangat menderita. Nadanya kaya orang Ethiopia yang menderita kelaparan berabad-abad.
Dan, waktu saya bilang soal rencana saya mau ngambil tawaran kerja di daerah yang jauhnya hampir dua kali lipat, di kabupaten terujung yang belum semua wilayahnya teraliri listrik, bahkan toko buku aja di sana gak ada, gini komentarnya,
"Lo belum pernah ngerasain tinggal di daerah sih," katanya.
Yah, mungkin. Tapi saya juga punya alesan. Bumi Allah ini luas. Kenapa kita harus diem aja di satu tempat? Kenapa kita harus hidup dalam 'kotak'?
Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan. - Imam Syafii
Ibarat air, mungkin saya ini udah butek.
Tadinya saya pikir, setelah jadi wartawan saya bakal ditempatkan dimana-mana. Setelah hampir empat tahun [waaaaw... empaaat...], saya masih di sini-sini aja. Pernah sekali ada temen di daerah yang ditarik ke kantor pusat, saya tanpa tedeng aling-aling mengajukan diri buat gantiin posisi dia di daerah yang ditinggalkan itu. Tapi gak disetujui.
Sementara saya setengah mati minta 'dibuang' ke pelosok yang jauh dari keriuhan dan gemerlap kota, saya sering gak ngerti sama orang-orang yang berebut minta ditempatkan di tengah kota. Seorang temen yang kerja di instansi yang ngurusi para PNS aka Badan Kepegawaian Daerah cerita, bahkan mereka yang tugasnya cuma 20-30 km di luar ibukota provinsi ini ada juga yang ikut mengajukan mutasi.
"Padahal, PNS mestinya siap ditempatkan dimana saja. Karena salah satu fungsi PNS itu adalah memperkuat NKRI," kata si temen yang orang Jawa.
Bahkan, yang ngeri-ngeri sedap nih, ada yang sampe rela bayar loh demi supaya dipindah dari negeri antah berantah ke ibukota. Berapa waktu lalu saya nemenin Kak Indra, sahabat saya zaman di radio, ke kantor walikota untuk nyari bahan buat tesisnya (by the way, lo masih utang traktiran ya!). Trus pas mau pulang dia ketemu sama temennya, yang samar-samar saya inget saya pernah sekali ketemu cowo itu sebelumnya, staf di salah satu dinas gitulah. Entah dianya inget saya atau gak.
Pas udah jauh, Kak Indra bilang temennya yang anak 'orang kuat' itu sebelumnya PNS di kabupaten. Kasarnya, dia menyuap supaya bisa mutasi. Bukan sejuta dua juta, tapi Rp 30 juta! Meeeeeeeen... Ajegile. Mending kasih ke saya buat modal usaha Paaaaaaaaaaak...
Anyway, sahabat saya yang satu ini juga sempat tiga tahun ketempatan kerja di kabupaten yang berjarak 190 km atau sekitar 4-5 jam perjalanan darat. Bulan lalu dia berhenti dan balik ke sini. Kehilangan pekerjaan dengan gaji lumayan dan bersenang hati dapet kerjaan baru yang gajinya di bawah.
Dodol gak sih? Tapi dianya sendiri berasa kayak manusia paling bahagia di jagat raya deh karena bisa kembali jadi orang kota. Dia sering banget mengeluh hidup di daerah sangat menderita. Nadanya kaya orang Ethiopia yang menderita kelaparan berabad-abad.
Dan, waktu saya bilang soal rencana saya mau ngambil tawaran kerja di daerah yang jauhnya hampir dua kali lipat, di kabupaten terujung yang belum semua wilayahnya teraliri listrik, bahkan toko buku aja di sana gak ada, gini komentarnya,
"Lo belum pernah ngerasain tinggal di daerah sih," katanya.
Yah, mungkin. Tapi saya juga punya alesan. Bumi Allah ini luas. Kenapa kita harus diem aja di satu tempat? Kenapa kita harus hidup dalam 'kotak'?
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. - Imam Syafii
Ini pendapat pribadi aja, mungkin kalau merantau ke daerah yg kehidupan nya tidak seperti di kota besar agak sulit lama kelamaan, soalnya sudah terbiasa hidup nyaman di kota besar.
BalasHapusYa ujung2nya semua berdasarkan dedikasi tiap orang deh :)
let's see : )
BalasHapusmerantau itu penuh perjuangan,,hehehe
BalasHapusini kenapa sih orang-orang? harusnya dikasi semangat dooong :(
BalasHapussemangat menjelajah : )
memang situ perantau ya? kok tau banget?