AFTER THE INCREDIBLE FOUR YEARS

Kata orang memulai sesuatu itu sulit. Tapi kadang mengakhiri bisa jauh lebih sulit. Apalagi kalo mengingat-ingat bagaimana sesuatu itu dulu dimulai. Dan memikirkan bahwa setelah semuanya berakhir, kita harus berjuang untuk memulai lagi, ga jarang dari titik nol. 

Setelah hampir empat tahun, tiga bulan lalu, saya memutuskan resign dari kantor tempat saya kerja. Keputusan  yang ga saya duga menimbulkan begitu banyak reaksi, bahkan dari orang-orang yang saya ga begitu kenal baik. Semua 'menuntut' penjelasan. Heran juga.

Well, kalo saya diminta menjelaskan, jadinya bisa panjang kali lebar. Terlalu rumit untuk dimengerti orang lain. Intinya, seperti kata-kata Imam Syafii yang pernah saya kutip di posting lain, saya merasa seperti air yang ga bisa mengalir. Saya perlu mencari celah untuk bisa mengalir lagi, atau memilih tetap diam dan menunggu busuk. Dua-duanya bukan pilihan yang pingin saya hadapi.

Tapi saya berpikir, suatu saat nanti saya pasti juga harus pergi. Karena air ga boleh terlalu lama diam dan harus terus mengalir, kalo ga bisa rusak, keruh, bau. Lagian kalo menimbang-nimbang situasinya, sekarang atau nanti kayaknya sih bakal sama aja.

Dan quote dari seorang temen ini semakin meyakinkan saya :
Saat sebuah "rumah" tidak lagi memberi rasa nyaman, untuk apa terus didiami. Meskipun tidak ada jaminan di luar sana akan lebih nyaman, tetapi setidaknya tersedia harapan, itu sebuah jaminan.
Buat sebagian orang, orientasi bekerja itu mungkin kebanyakan terkait materi. Tapi saya ga pernah nganggep ini pekerjaan, ini panggilan hati. Dan ketika hati saya udah ngerasa ga nyaman, bertahan cuma akan jadi beban, buat saya sendiri dan juga buat perusahaan. 

Waktu saya ngomong ke bos kalo saya mau resign [bos saya ada banyak, ini bos yang cs sama saya], dia bilang sangat menyayangkan. Saya pikir si bos bakal nahan-nahan. Eh ga taunya didukung dan dipersilakan *gedubraaak... Kalo sayang kok ga dipertahankan? 

Saya ga tau apa saya bakal berubah pikiran kalo si bos mencoba menahan. Tapi mungkin itu cara lain dari alam bekerja untuk menambah tebal lagi keyakinan saya. Banyak temen-temen kantor juga menyayangkan, tapi sebagian besar bisa memahami.

Dan....

Disinilah saya sekarang. Terdampar di salah satu titik terujung daratan Kalimantan Selatan. Tepatnya di ujung tenggara. Kabupaten Kotabaru namanya. Jaraknya kurang lebih 300 kilometer dari Banjarmasin. Cukup 30 menit naik pesawat, tapi kalo jalan darat antara 9-10 jam, hehe...

"Apa sih yang lo cari?" tanya seorang temen.

Hmmm.

Banyak sih.

Tapi intinya satu: memperkaya hidup. Saya percaya setiap pengalaman dalam hidup akan berguna ke depannya. Jadi selagi masih muda, selagi masih kuat, dan selagi hidup masih belum terlalu banyak pertimbangan [bilang aja masih bujangan gitu ;p] [sekalian promosi *halah!*], beranilah mengambil keputusan yang kita yakini benar, cari pengalaman sekenyang-kenyangnya, melangkahlah sejauh-jauhnya, bahkan ada yang bilang buatlah kesalahan sebanyak-banyaknya sebelum kita udah terlalu tua untuk bikin kebodohan dan menyesali apa-apa yang dulu ga pernah berani kita lakukan.

Beberapa orang mungkin mikir saya bodoh atau apa. Milih ninggalin hidup yang nyaman dan bermain-main dengan risiko. Seenggaknya dalam pandangan mereka, kerjaan saya udah enak, udah susah-susah dirintis, udah jadi karyawan tetap, dan dengan mudahnya saya lepas gitu aja.

Yang mereka bilang itu di satu sisi bener. Kalo dipikir-pikir, banyak orang susah dapet kerja, apalagi yang sesuai dengan keinginan mereka, dan -----bukan sombong----- ga sedikit orang yang memimpikan kerjaan kayak saya [mereka ga tau aja gaji saya selama ini berapa,hahahaha...]. 

Bukan saya ga bersyukur, walaupun kadang-kadang saya memang suka lupa cara-cara bersyukur yang benar. Tapi balik lagi, kalo 'rumah' udah ga nyaman buat ditinggali, kenapa harus dinyaman-nyamankan, kenapa ga mencari tempat lain? Mungkin di luar sana ga lebih baik, tapi belum tentu juga lebih buruk. Toh hidup itu sendiri perjalanan kan?

Kadang kita perlu berhenti, tapi jangan keterusan. Kebanyakan orang menjadikan mapan sebagai perhentian, tapi saya memaknai perjalanan hidup itu bener-bener secara harfiah. Hidup saya sekarang sederhana aja, pinginnya bisa menjelajah seluruh sudut bumi ini. Bertemu banyak orang dengan berbagai budayanya. Melihat dan mendengar lebih dekat wajah dunia ini agar dapat memahami dengan lebih baik. Dan ga lupa 'meninggalkan sesuatu' di setiap tempat yang saya injak. Sampe kapan, saya ga tau.
Bukan saya ga pingin punya hidup mapan. Tapi rasanya aneh aja kalo kita terlalu sibuk membangun hidup untuk masa depan, sementara kita ga tau akan hidup sampe kapan. Ya masa depan dipikirkan juga, tapi jangan juga saking sibuknya mengkhawatirkan hal-hal yang belum pasti, kita jadi takut mencoba-coba. Hidup yang nyaman itu memang memberi rasa aman, tapi kita jadi ga tau apa yang bisa ditawarkan dari sebuah risiko kalo kita mau mengambilnya. 

Dan sampe detik ini, setiap kali saya merenungi keputusan yang sudah saya ambil, saya ga mendapati perasaan menyesal terselip di hati.

"Ah ga ngerti gue jalan pikiran lo!"

Haha... Seriously, sesungguhnya saya sendiri juga ga berharap orang-orang mau repot-repot mencoba mengerti. Finally, I just wanna  say, just do what you wanna do in life and what makes you happy : )

*Di Kotabaru banyak banget objek wisata yang keren-keren. Pokoknya selama saya di sini, saya bakal terus bikin catatan perjalanan. Well, the long journey hast just begun...

Komentar