Sabtu Bersama Bapak

Penulis : Adhitya Mulya
Penerbit : Gagas Media
Tebal : x+278 hal
Harga : Rp 50.500 (Gramedia nih, nanggung amat sih)


Ah, selalu semangat berburu bukunya Kang Adhit!

Daaaaaan… buku ini gak cuma bisa bikin ngakak kayak biasanya. Tapi juga membuat tenggorokan tercekat dan mata berkaca-kaca. Then, membuat berpikir tentang banyak hal.

Kayaknya SBB lebih pas disebut buku parenting ya. Soalnya full sama pedoman bagaimana-menjadi-orangtua-yang-baik-itu. Penuh dengan nilai-nilai hidup (yang walaupun gak semuanya saya sepakat, karena rasanya terlalu ideal, tapi yah ini kan fiksi). Tapi teteeeep, dengan rasa komedi ala Kang Adhit yang selalu bikin saya merindukan tulisannya.

Alkisah, Pak Gunawan Garnida (ngingetin sama Gege Mengejar Cinta), seorang kepala dari sebuah keluarga dengan dua anak lelaki yang masih kecil, divonis menderita kanker dan hidupnya diperkirakan sisa setahun aja. Waktu setahun itu pun dimanfaatkan Pak Gunawan untuk mentransformasikan kehadiran dirinya di tengah keluarga sepeninggalnya nanti. Yakni, dengan cara merekam petuah-petuah kehidupan yang menurutnya perlu disampaikannya untuk anak-anaknya selama mereka tumbuh dewasa, dengan handycam.

Setiap Sabtu, setelah Pak Gunawan meninggal, adalah jadwal bagi anak-anaknya ―Satya dan Chakra― untuk nonton video sang bapak. Sang bapak seperti selalu punya jawaban untuk setiap persoalan hidup si anak. Misalnya, ketika si sulung Satya menyadari selama ini telah jadi ayah dan suami yang buruk. Begitu juga ketika si bungsu jatuh bangun dalam proses pencarian jodoh. Dan ini bagian yang paling kocak sih, hahaha…Tapi kok ya lagi-lagi kesannya kayak ngebaca ulang Gege Mengejar Cinta.

Ini quote yang paling ngena bagi saya :
“Ketika orang dewasa mendapatkan atasan yang buruk, mereka akan selalu punya pilihan untuk cari kerja lain.

Anak?

Mereka tidak pernah minta dilahirkan oleh orangtua yang buruk. Dan, mereka tidak dapat menggantinya.”
Tapi begitu selesai baca halaman terakhir buku ini, hal yang terpikirkan di benak adalah :

Rasanya saya udah berusaha jadi temen yang baik, dan berusaha jadi orang yang berguna bagi orang lain. Tapi, belum bener-bener berusaha jadi ANAK yang baik buat orangtua *merenung*.

Komentar