Get Lost in Kotabaru : Pulau Kerasian (part #4)

Ini Dia Kapal Seharga Rp 2 M

Di Pulau Kerasian, kita bisa menjumpai orang-orang membuat kapal, kayak di Sulawesi juga. Mulai kapal-kapal kecil, sampai kapal-kapal besar.

Saya terbengong-bengong pas dikasi tau bahwa pembuatan kapal yang gede bisa memakan waktu sampe setahun!

Tambah bengong lagi pas tau harga jualnya. Juragan kapal yang saya temui mulanya malu-malu jujur menyebut angka.

"Berapa sih Pak modalnya bikin kapal ini?" kepo mode on.

Si agan senyam-senyum. "Ya tergantung besarnya."

"Puluhan juta?" kepo pangkat dua.

Si agan mulai ketawa. "Ratusan juta. Belum lagi kalau sama mesin-mesinnya."

Akhirnya, dari seorang warga, saya tau fakta yang sebenarnya.

"Tahun lalu dua kapal dari sini dibeli orang. Harganya satu kapal Rp 2 M."

Astaganagaulartanggapanjangnya.


 


 
 
 
 
 
kapal yang udah jadi
cewek di foto cuma model, bukan bonus beli kapal  ._____.

Dari seorang mandor di salah satu tempat pembuatan kapal, saya dapet lebih banyak cerita. Aduh, saya lupa nama bapaknya.

Si bapak baiiiiik banget. Beliau memanggil saya kemenakan (keponakan). Sambil mengawasi tukang-tukang bekerja, beliau menemani saya ngobrol, sambil minum air kelapa muda. Sluruuuuup!


"Bapak sudah lama tinggal di sini?" Saya selalu penasaran dengan orang-orang yang tinggal di pulau. Heran aja kenapa mereka bisa terdampar di tempat jauh begitu.

"Dari tahun 1957. Mengungsi waktu desa saya dibakar gerombolan," sahutnya.

Ah. Saya tau cerita itu. Majene lautan api.

"Ada lagunya kan itu Pak, ya?"

"Kok anak ini tau sekali?" si bapak takjub.

Idung saya kembang-kempis, hehe...

"Saya selalu sedih kalau ingat itu," si bapak menyambung.

Sekarang si bapak berumur 75 tahun. Waktu kejadian itu, berarti umurnya kira-kira 17 tahun. 

Mengungsi ke Pulau Kerasian karena ada keluarganya di situ dan tinggal sampai sekarang sampai beranak-pinak. 

Gak pernah kembali lagi ke kampung halaman, karena tanah yang ditinggalkan udah ditempati orang.

Balik ke soal kapal. Jadi, kenapa pembuatan kapal itu bisa begitu lama, selain karena jumlah tukang terbatas, juga karena masalah modal. Kalau ada uang, pekerjaan lanjut. Gak ada uang, pekerjaan setop dulu.

Keahlian membuat kapal sendiri bukan pelajaran yang diperoleh dari bangku sekolah, melainkan warisan turun temurun.

"Ini berapa ukuran kapalnya, Pak?" saya bertanya lagi.

"Belum tau. Nanti kalo udah selesai, baru diukur. Kalo diukur sekarang, pamali kata orang," jelas si bapak.

WHAT? Jadi maksudnya bikin kapal ini gak pake ukuran? 

Dibanding dulu, industri pembuatan kapal kayu boleh dibilang udah redup. Kalah bersaing sama kapal besi. Meskipun ada yang bertahan, alasannya lebih karena daripada gak ada pekerjaan. 

Untungnya masih ada yang beli. Ada dari Kalimantan, ada dari Sumatera. Biasanya untuk dijadikan kapal barang.

Komentar

  1. He,,he,, kenalan gak sama mandornya???

    Itu Abah Mardi,, ane jg lupa namanya sp tuh Pak Haji, tpi saya biasa manggilnya Pua' Ayi (panggilan org2 kerasian yg titelnya Haji), maklum, jarang di Pulau, , jdi gk ingat lg nama-namanya,!,!

    Memang produksi Kapal Kayu di Pulau Kerasian bisa dibilang lumayan banyak hingga sekitar tahun 2010an,, selain produksi kapal u/ dijual, sebelumnya org2 pribumi memproduksi kapal kayu tsb untuk Penggunaan pribadi,, biasanya untuk melayani jasa angkutan dalam jumlah banyak spt Kayu, Material Semen, Sembako, Kopra dan sebagainya, setelah kayu tidak lagi dijual bebas, dan penggunaan Kapal Besi, Tongkang Barang spt LCT dan sejenisnya, Jasa angkutan dgn kapal kayu sudah tidak terpakai lagi, kapal2 kayu tsb_pun dijual, ,hanya beberapa saja yg tersisa,, pelabuhan kerasian yg dulunya rame dgn barisan puluhan kapal kayu, kini tinggal beberapa saja. terakhir pas saya pulang kampung (lebaran) kapal yg berlabuh dipelabuhan hanya ada Kapal saja.

    BalasHapus
  2. He,,he,, kenalan gak sama mandornya???

    Itu Abah Mardi,, ane jg lupa namanya sp tuh Pak Haji, tpi saya biasa manggilnya Pua' Ayi (panggilan org2 kerasian yg titelnya Haji), maklum, jarang di Pulau, , jdi gk ingat lg nama-namanya,!,!

    Memang produksi Kapal Kayu di Pulau Kerasian bisa dibilang lumayan banyak hingga sekitar tahun 2010an,, selain produksi kapal u/ dijual, sebelumnya org2 pribumi memproduksi kapal kayu tsb untuk Penggunaan pribadi,, biasanya untuk melayani jasa angkutan dalam jumlah banyak spt Kayu, Material Semen, Sembako, Kopra dan sebagainya, setelah kayu tidak lagi dijual bebas, dan penggunaan Kapal Besi, Tongkang Barang spt LCT dan sejenisnya, Jasa angkutan dgn kapal kayu sudah tidak terpakai lagi, kapal2 kayu tsb_pun dijual, ,hanya beberapa saja yg tersisa,, pelabuhan kerasian yg dulunya rame dgn barisan puluhan kapal kayu, kini tinggal beberapa saja. terakhir pas saya pulang kampung (lebaran) kapal yg berlabuh dipelabuhan hanya ada 2 Kapal saja.

    BalasHapus

Posting Komentar