Belum lama ini ada seorang perempuan muda asal Kotabaru bikin heboh karena dilaporkan hilang.
Gak ngerti kenapa kasusnya viral, padahal berita soal orang hilang tuh kayaknya tiap hari ada.
Polisi sampe turun tangan hingga akhirnya dia berhasil ditemukan di luar pulau dalam keadaan sehat walafiat.
Di tengah macem-macem komentar netizen, ada satu yang bilang gini, "Kalo gue yang ilang, kira-kira bakal dicariin segininya juga gak ya?", wkwk...
Setelah dia ditemukan, beritanya langsung rame lengkap dengan alasan kenapa dia menghilang : gak mau dijodohkan.
Hm.
Saya kalo jadi dia bakal malu banget sih karena semua orang jadi tau masalah pribadi saya. Udah gitu muka saya terpampang dimana-mana sampe masuk koran halaman pertama, udah kayak penjahat aja.
Seakan itu belum cukup, saya juga mesti bikin permintaan maaf karena udah bikin kegaduhan (???).
Well, berita tuh memang harus menarik perhatian tapi ada etikanya, termasuk menghormati hak privasi.
Kode Etik Jurnalistik pasal 9 menyebutkan bahwa hak narasumber tentang kehidupan pribadinya harus dihormati, kecuali untuk kepentingan publik.
Dalam penjabarannya, yang dimaksud kehidupan pribadi adalah segala aspek kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.
Adapun kehidupan pribadi yang ada kaitannya dengan publik itu menurut Ketua Bidang Pendidikan, Etik, dan Profesi Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Dandy Koswaraputra ialah tindakan dari pejabat publik.
Nah, balik ke soal pemberitaan perempuan muda tadi, dia kan orang biasa aja, bukan pejabat. Trus yang terjadi sama dia juga merupakan peristiwa privat, gak ada unsur kriminal atau apa.
Kalopun mau diberitain juga, cukuplah soal peristiwa hilang dan ditemuinnya, tapi gak perlu sampe urusan pribadinya dijembrengin.
Pertanyaannya, kepentingan publiknya dimana?*
#etikajurnalistik #hakprivasi #literasimedia
Komentar
Posting Komentar